jangan sia-siakan apa yang kamu dapatkan sekarang !!!

Saturday, December 24, 2005

Sadar Akan Konsekuensi Alamiah

"Pa… kenapa batu nggak punya mulut, pa…?" tanya anak saya yangberumur tiga tahun kepada saya suatu ketika.Sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan saya. Beberapa hariterakhir ini memang dia menemukan sebuah batu yang menurutnyamenarik. Sebuah batu segenggaman tangannya, licin dan halus. Diakemudian mencuci sendiri batu tersebut, kemana-mana selalu dia bawasampai kemudian suatu ketika muncul pertanyaan tersebut kepada saya.Walaupun kita semua sebagai orang tua pastilah pernah mengalami masakanak-kanak, ternyata masih sulit juga bagi kita untuk bisamenyelami segala pemikiran dan perasaan anak-anak kita. Sepertipertanyaan anak saya tersebut di atas yang membuat saya harusberpikir keras untuk memberikan jawaban yang layak bagi anak saya.Pilihan sikap terhadap contoh pertanyaan yang diungkapkan anak sayadi atas memang beragam. Bisa saja saya dengan singkat cukupmenjawab, "Nggak tahu ya, emang dari sononya gitu…?" Kira-kira apakonsekuensi alamiah dari sikap saya apabila menjawab dengan kata-kata tersebut? Bisa jadi memang anak saya tidak begitu peduli denganbentuk jawaban tersebut, tapi yang jelas jawaban tersebut tidakmemberikan pembelajaran yang konstruktif terhadap perkembangan danpertumbuhan wawasan anak saya. Selain itu, menurut saya ada hal yangutama yang menjadi konsekuensi pilihan sikap saya di atas yaitu sayatelah menyia-nyiakan kesempatan untuk berkontribusi pada sesuatuyang berguna bagi anak saya.Ya..kadang memang kita tidak begitu menyadari konsekuensi alamiahakan sebuah pilihan sikap kita. Saya ingat dahulu ketika kuliah,ingat ketika saya termasuk orang yang terkadang malas untukmenghadiri kuliah di kampus. Waktu itu saya memang termasuk orangyang beranggapan bahwa hadir dalam sebuah perkuliahan tidaklah perlubenar, yang penting ujian lulus! Dan ternyata sekian lama sayarenungi bahwa konsekuensi dari tidak hadir dalam perkuliahanbukannya tidak lulus dalam ujian di kemudian hari, karena tidaklulus ujian dalam hal ini hanyalah sekedar konsekuensi atas aturanmain yang dibuat manusia yaitu dalam hal ini kuliah, kemudian ujian,bila nilainya melebihi batas minimal kelulusan, maka luluslah padamata kuliah tersebut.Ternyata ada sebuah konsekuensi –yang saya sebut sebagai konsekuensialamiah-- dari ketidak hadiran di dalam kelas perkuliahan, yaituhilangnya kesempatan untuk menerima informasi saat momen perkuliahantersebut, yang dapat dipastikan informasi tersebut pastilah tidakbisa secara identik berulang dikemudian hari.Di dalam kehidupan berkeluarga dan bertetangga, terkadang kita tidakbegitu menyadari atas konsekuensi atas pilihan tindakan kita.Perhatian kepada istri dan anak kita adalah contoh lain bagaimanaterkadang kita tidak begitu memperhatikan konsekuensi alamiah.Bagi saya sendiri, memberi perhatian kepada istri, anak atau anggotakeluarga lainnya, sering saya umpamakan sebuah hutang yang haruskita bayar. Total penjumlahan hutang yang harus kita bayar selamakita hidup berinteraksi dengan mereka adalah sama. Tinggalpilihannya apakah kita akan setiap hari mengangsur hutang tersebutdengan memberikan perhatian yang walaupun terhadap hal-hal kecil danmasalah-masalah sepele tetapi selalu ajeg dan konsisten. Atau kitamemilih tidak begitu peduli setiap hari, karena pada dasarnya ketikakita tidak peduli setiap harinya, seperti saya umpamakan sebelumnyabahwa total penjumlahan hutang itu selalu sama, maka pada suatu saattertentu kita mau nggak mau, siap atau tidak siap harus dipaksamembayar hutang yang tidak terbayarkan setiap harinya itu. Sepertiberupa harus mencurahkan perhatian ketika si anak jatuh sakit,perhatian ketika istri menjadi sensitif dan sering marah, dansebagainya. Dan perumpamaan hutang yang harus kita bayarkan tadiadalah konsekuensi alamiah bila kita tidak begitu memberi perhatiankepada anggota keluarga kita.Seperti juga interaksi dengan tetangga lingkungan anda. Anda bolehmemilih apakah anda bersikap pongah terhadap tetangga, memasang mukadingin setiap ketemu, tidak begitu peduli pada keluarga di sekitarrumah anda. Dengan pilihan sikap tersebut bila serta merta andadijauhi atau tidak diacuhkan tetangga anda, itu adalah sekedarkonsekuensi instan karena pilihan sikap anda saat itu. Tapi cobapikirkan sebuah konsekuensi alamiah atas pilihan sikap andatersebut, anda akan kehilangan kesempatan untuk `menabung' kebaikanpada orang-orang di sekitar rumah anda.Namanya kehilangan kesempatan untuk `menabung' artinya sekian lamawaktu anda hidup bertetangga anda tidak pernah punya tabungankebaikan di lingkungan sekitar rumah anda. Dan seperti layaknyamenabung uang, ketika anda tidak punya tabungan, saat anda tiba-tibamembutuhkan uang, anda harus bersusah payah mengumpulkan uang itudalam waktu yang singkat.Dalam kehidupan bertetangga, anda tidak akan pernah tahu kapanharus `mengambil' tabungan anda. Ketika misalnya tiba-tiba suatupagi kendaraan anda mogok sedangkan anda harus segera bergegasberangkat ke kantor, bila anda tidak punya `tabungan' yang cukuppada lingkungan tetangga anda, mungkin anda harus bersusahpayah `menabung' dulu dengan cara melakukan pendekatan basa-basikepada tetangga anda untuk meminta pertolongan sekedar mendorongmobil anda atau numpang ikut kendaraan tetangga anda. Dan itu punbelum tentu efektif memenuhi kebutuhan anda, karena tanpaadanya `tabungan', tetangga anda bisa saja dengan berbagai alasanmemilih untuk menolak permintaan anda.Beda ceritanya bila misal dalam kehidupan bertetangga, anda memilihbersikap untuk ramah dan selalu bertegur sapa atau paling tidakselalu memasang muka senyum setiap bertatap muka dengan siapa saja.Pilihan sikap tersebut adalah sebuah `tabungan' pada lingkunganrumah anda. Bila saja suatu saat anak balita anda tanpa anda sadarikeluar rumah tanpa sepengetahuan anda, `tabungan' anda akan membuatpara tetangga ikut mengawasi dan menjaga gerak-gerik balita anda diluar rumah.Hal yang saya kemukakan di atas dalam kehidupan berkeluarga danbertetangga adalah sebuah konsekuensi alamiah atas pilihan kita,yang berarti mau tidak mau konsekuensi itu akan selalu mengikutipilihan anda secara otomatis, semacam hukum alam yang berlakuterhadap pilihan sikap anda.Salah satu bentuk upaya untuk bersikap proaktif selain yang sayakemukakan pada artikel-artikel sebelumnya, adalah juga seperti yangbaru saja saya utarakan yaitu kesadaran akan konsekuensi alamiahatas setiap pilihan kita.Jujur dapat memberikan konsekuensi alamiah bahwa lambat laun bilakita konsisten, akan membuat orang semakin percaya kepada setiap apayang kita katakan. Demikian pula sebaliknya, sekali saja anda dengansengaja berkata bohong, konsekuensi alamiahnya bisa saja bahwa haltersebut akan membuat benih yang akan menyebabkan anda tidakdipercaya lagi oleh orang lain.Menjadi semakin dewasa dan berwawasan, adalah sebuah konsekuensialamiah ketika apa pun yang anda lakukan diniatkan dengan tulussebagai bahan untuk belajar, entah itu kesuksesan, kegagalan,keberuntungan, kerugian, kebahagiaan, kesedihan. Dilain pihak ketikaanda mendapat keberhasilan anda memilih untuk lupa dari mana andaberasal, lupa siapa saja yang telah membantu anda, konsekuensialamiahnya adalah bisa jadi anda susah untuk mendapatkankeberhasilan yang sama di kemudian hari.Dan bila saja kita suatu ketika merasakan bibit pemberontakan anak-anak kita kepada kita, sebenarnya hal itu adalah konsekuensi alamiahatas pilihan kita yang bisa jadi tidak begitu memberikan perhatiandan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak kita, berkomunikasihanya ketika memberikan teguran atas kesalahan-kesalahannya.Kita sebagai manusia memang diberi keistimewaan oleh Sang Pencipta,sebuah sifat yaitu kebebasan untuk memilih. Hanya saja kita harussadar bahwa akibat dari pilihan kita akan selalu tunduk pada aturanmain-Nya yang tidak lain yang saya beri pendekatan dengan istilahkonsekuensi alamiah diatas.Sadar akan konsekuensi alamiah tidaklah serta merta muncul begitusaja, hal itu dibutuhkan kepekaan, niat untuk selalu belajar, dankemauan untuk memperbaiki dan merubah diri menjadi lebih baik. Danyang lebih penting lagi yaitu tidak hanya sekedar berandai-andaisaja, tapi selalu mengejawantahkannya pada setiap tingkah laku kitaketika kita berinteraksi dengan semua orang, lebih-lebih padakeluarga dan orang-orang disekitar kita.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home